Daftar Isi
Desaku
Suatu hari disudut desa kecil yang belum banyak orang tahu. Aku duduk duduk di ruang tamu dirumah sederhana milik orang tuaku. Selain sambil duduk duduk, disaat yang sama, aku juga sedang memegang gitar kesayangan yang ku dapatkan dari gaji terakhirku setelah resign dari pekerjaanku sebelumnya. Harganya mahal, sekitar Rp200,000 merknya Canaries. Hahaha merk ini mungkin juga belum banyak yang tau karena emang jauh dibawah Yamaha atau Honda. “Hah Honda ? gimana gimana??” Honda gak pernah ngeluarin gitar kayanya deh.
Walaupun berada di wilayah yang strategis, tapi nyatanya masih banyak yang belum tau ketika kutanyai nama desaku. Nggak tau kenapa orang orang jarang tau, padahal lokasinya berada tepat di jalur trans jawa. Tapi nggak papa, aku juga ngga berharap supaya desaku jadi terkenal, biar kami saja yang menikmati secara diam diam keindahan desa ini. Wuidihhh brambang goreng..
Hari itu adalah hari dimana aku sedang menikmati kesejukan dan kenyamananku sebagai Pengangguran Resmi. Yapp, aku belum lama resign dari pekerjaanku, setelah kurang lebih 10 bulan bekerja ditempat tersebut. Jangan tanya alasan resignnya ya, karena jadi pengangguran nggak butuh alasan, butuhnya duit. Wkwk.
Jadi Rebutan Tetangga
Pertama aku harus berterima kasih kepada Tuhan, karena sudah menempatkanku di sebuah tempat yang menurutku tempat ini adalah seindah indahnya dan senyaman nyamannya sebuah tempat, tak ada duanya dibelahan bumi manapun! Ketika aku lahir mungkin ada malaikat yang bisik bisik ditelinga ibuku, “Bu titip anak ini ya bu, nanti anak ini seneng keluyuran diluar rumah melihat keindahan desa ini”. Mungkin ibuku juga jawab “Iya malaikat, saya juga udah punya firasat gitu, gak papa keluyuran, biar ngga nyusahin ibunya mulu kalo lagi masak”. Cetus ibuku dengan mantap!
Dari kecil aku sudah ditempa oleh lingkungan yang bersahaja, semua orang didesa selalu memberikan senyum termanis yang mereka punya. Bahkan setiap sore setelah mandi, ketika aku digendong sama ibuku, aku sering dicubit cubit ginjalnya sama tetangga tetanggaku. Pipinya woyyyyy, pipinya!!
Btw, Sebelum aku lahir, orang tuaku sudah punya 2 anak yang cantik cantik menurut mereka. Jarak aku dengan kakak perempuan diatasku lumayan jauh, sekitar 5 tahun, dan aku adalah anak terakhir dari ibu dan ayahku. Jadi nggak heran kalo setiap aku digendong, tetangga tetangga pada ngumpul tuh buat gantian Nendang, woyy Gendong bgst! ngga ada akhlak emang!
Emang gitu resiko anak laki laki sendirian, sana sini jadi rebutan sama jadi bahan suruhan kalo udah agak gede dikit. Tapi aku sayang!
Pengaruh Lingkungan
Di lingkungan keluarga ku juga sangat agamis, ayahku adalah imam mushola deket rumahku yang mana sering dipanggil buat mengisi acara acara keagamaan di desaku. Bukan dari ayah saja, ada juga ayah dari Mbah Putri adalah seorang Kyai terkenal di samping desaku, dan kakekku atau suaminya Mbah Putriku juga seorang Kyai, jadi aku cukup terharu dan terheran heran, kenapa pas gedenya aku ngga pinter agama kaya mereka wkwk.
Semenjak kecil, setiap sore aku selalu disuguhi konten konten bertema religi oleh ayahku, misalnya sekitar jam 5 sore ayahku menyetel VCD lagu lagu religius. Misalnya kaset CD dari Ponpes Langitan yang ngehitzz pada jamannya yaitu lagu berjudul “Wulidal Musyarrof” dan satu album isinya semua lagu dari Ponpes Langitan. Selain menyetel kaset, ayahku sering bersholawat di depan anak anaknya. Pokoknya ayah semangat kalo lagi ngasih konten konten religi. Sayang ayah ibu pokoknya.
Makanya sampai hari ini aku hafal beberapa lagu lagu religi, itu berkat perjuangan ayahku selalu menyelipkan konten konten religious dalam setiap aktivitas pergerakan di dalam rumah.
Aku juga ingat ketika masih anak anak, aku selalu dibolehin main diluar rumah sampe item gosong burik dan kumuh. Masa masa itu adalah masa dimana aku sangat jarang ada dirumah, setelah pulang sekolah (waktu itu SD sampai SMP) kemudian makan siang, biasanya aku langsung cabut ngumpul sama yang lain. Entah main laying-layang ataupun main cewe. “Masihh anak anak sobariiiii!!”
Selain main games tradisional, aku juga sering berpetualang ke hutan hutan dan pegunungan sekitar desaku. Pada zaman itu Serial Si Bolang Trans7 emang lagi booming, jadi kami anak desa merasa terpanggil untuk melakukan hal yang sama seperti Si Bolang. Tanpa disadari, kegiatan kegiatan seperti ini lah yang kelak membuatku terdidik oleh lingkungan.
Jonjang Paron a.k.a Petak Umpet
Kemudian, sepulang mengaji seperti biasa di setiap malam minggu adalah suatu kebahagian yang sangat ditunggu tunggu semua anak anak didesa. Semuanya berkumpul sekitar jam 7 malam untuk bermain sejenis petak umpet tapi secara berkelompok. Dari banyaknya anak dibagi menjadi kurang lebih 2 kelompok. Setelah mendapatkan kelompok, 2 kelompok tersebut melakukan tos/suit untuk menentukan siapa yang ngumpet dulu dan siapa yang mencari. Kalau dipahami betul betul, permainan ini akan menunjukan siapa leader siapa koordinator dan siapa anak buahnya.
Kelompok pertama yang bersembunyi akan mencari tempat persembunyian yang sekiranya paling aman, misalnya 1 kelompok berisi 5 orang, 5 orang tersebut akan mencari tempatnya masing setelah berkoordinasi Bersama. Setelah menemukan tempat sembunyi, kelompok tersebut memberikan kode dengan berteriak “kaok” wkwkwk. Dari kejauhan kelompok lawan mendengar kode tersebut dan mulai mencari kelompok yang sedang bersembunyi. Susah susah gampang, kadang ada yang ngumpet di pohon gede banget, bayangin malem malem manjat pohon gede gimana nyarinya wkwk, ada juga yang tiarap disemak semak kebon.
Sore sore udah mandi udah bersih udah wangi, malemnya keringetan dan kotor kotoran lagi demi sebuah kemenangan permainan.
Setelah kelompok 1 ketemu, maka bergantian kelompok 2 yang ngumpet, dan kelompok 1 yang nyari. Begitu terus sampe jam sudah masuk pukul 11 malem. Kalo udah ada salah satu orang tua dari anak anak dateng, ya udah bubar semua wkwk.
Masa SMK
Kemudian aku masuk ke masa SMK. Masa masa SMK ini adalah masa peralihan dari masa anak anak ke remaja dan mulai memahami dunia pekerjaan yang dijelaskan di kelas. Karena labelnya Sekolah Menengah Kejuruan, jadi kami para siswa dituntut untuk siap terjun ke dunia usaha atau industri. Masa SMK adalah dimulai adanya kenakalan kenakalan remaja, mulai dari merokok dan bolos sekolah.
Aku mulai merokok aktif adalah ketika kelas 2 SMK, pulang sekolah selalu membeli rokok eceran deket polsek sambil menunggu angkot. Bersama beberapa teman yang lain kita selalu bareng. Beli eceran/ketengan ataupun ada teman yang udah beli bungkusan.
Dirumah pun ayah ibuku sudah tau kalo aku merokok tapi aku ngga pernah merokok didalam rumah. Pengalaman yang paling indah adalah saat ayahku menghadiri sebuah tahlilan disalah satu warga didesa, karena ayahku nggak merokok, dia bawain rokok dari tahlilan untuk aku wkwk baik banget emang ni orang. “Iyalah ayah lu Bambang!!!”
Ayahku selalu berpesan, “Kamu boleh ngerokok, tapi kamu ngga boleh nakalin anak orang, sama mabok”. Saut ayah dengan Bahasa yang kalem. Btw, ayahku ini kalem banget orangnya, jarang ngobrol tapi sering lupa. Beda sama ibuku yang selalu rewel dan ngajak ngobrol ngalor ngidul. Dan sekarang nurunin semuanya ke tetanggaku, “ke aku woyyy!!”.
——–
Cerita akan aku sambung lagi di part 2 tentang perjuanganku mendapatkan pekerjaan pertama. Jangan lupa tinggalkan komentar dari cerita diatas yaa.