Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Sosial
Ajaran yang mengutamakan keindahan, kebaikan, dan kebenaran telah menasihati kita dengan bijaksana bahwa diatas panggung hidup ini kita memainkan dua peran, yaitu sebagai makhluk indvidu dan sebagai makhluk sosial. Kita menjalankan kedua peran ini dengan terikat pada kenyataan hidup bahwa kita adalah makhluk yang dikaruniai perasaan dan pikiran, dimana dengan dua karunia ini, hidup kita tumbuh lebih dari sekadar fisik dan berkembang lebih dari sekedar usia.
Manusia terlahir sebagai makhluk individu kita memulai hidup dengan menjalani sebuah siklus perasaan dan keinginan yang kecil dan pendek. Manusia sejak keluar dari rahim ibu dan merasakan udara dunia, kita langsung merasakan sesuatu, dimana dengan rasa itu, kita menjadi menginginkan sesuatu didalam ketelanjangan dan kepolosan dan kemudian kita merasakan sesuatu lalu menginginkan sesuatu.
Siklus perasaan dan keinginan itu terus berputar. Hidup kita terus berjalan. Suatu ketika kita akan dapat merasakan yang namanya sakit, merasakan segala hal dan mengetahui nama nama perasaan tersebut.
Manusia sebagai Makhluk Sosial Otak kita sebagai manusia berkembang sejalan dengan bertambahnya usia kita dari mulai Balita, Anak-Anak, Remaja sampai Dewasa mulai mengerti bahwa keinginan dapat terpuaskan oleh sesuatu yang khas dan spesifik dan kita mulai mengetahui bahwa itu semua ada hubungannya dengan kenyamanan hidup kita. Manusia mulai tahu hubungan hubungan perasaan dan keinginan. Kita mulai mengerti keterkaitan antara perasaan, keinginan, dan pemuasnya. Kita mulai menangkan makna makna.
Pikiran kita sebagai manusia yang tumbuh mengikuti perasaan membuat kita mampu memilih. Dengan semua itu kita menjalani babak baru. Kita mulai mengerti bahwa keinginan ternyata dapat didetailkan. Kita mulai belajar mengenai pola skala prioritas. Mulai bisa membagi bagi mana yang penting dan tidak penting, mana yang harus cepat dan mana yang harus perlahan.